Halaman

Senin, 21 Mei 2018

Day 5: Pornografi VS Fitrah seksualitas

Pornografi vs Fitrah Seksualitas

Di hari ke 5 ini, materi yang kelompok kami sedikit banyak di gadang-gadang ingin kami angkat sebenarnya. Permasalahan yang sangat krusial, karena dengan makin berkembangnya teknologi, akses anak untuk melihat konten pornografi semakin terbuka lebar.
Kami sempat ada di masa-masa lengah membiarkan Zidan bermain ponsel, toh pikir kami dia tak macam-macam, hanya main game, melihat youtube pun benar-benar hanya mencari sesuatu yang menarik baginya seperti trik sulap, fakta-fakta luar angkasa, atau contoh eksprimen-eksperimen sederhana. Sejak awal pun kami sudah memberi batasan waktunya bermain ponsel ini. Dulu rasanya tak pernah kami dibuat sampai benar-benar kesal karena hal ini. Semua berubah ketika kami pindah ke manokwari. Saya yang lengah karena awal disini sibuk jualan, plus lingkungan sekolah dan rumah, semua anak-anak dengan bebasnya memegang hp, Zidan pun sempat ikut arus. Tak diberi hp ya pinjam hp punya temannya. Manalah jaringan wifi tersedia dimana-mana. Fyi, Zidan akhirnya mengenal instagram, tiktok, dll saat itu. Disinilah titik baliknya, dengan berat hati sebenarnya, kami pun tegas. Sempat tak membolehkannya bermain dulu selama beberapa waktu. Akun instagram dan tiktoknya kami deactivate. Sampai sekarang pun konsekuensinya kami batasi dia boleh bermain dengan temannya maksimal 2 jam sehari. Alhamdulillah belum sampai pada tahap kecanduan gadget, karena tak ada gadget pun dia biasa saja. Hanya saja, yang membuat kami tak hentinya menyesal itu ya saat-saat kemarin itu. Entah apa saja konten yamg sudah dia lihat. Sempat membatin, apa memang sudah umurnya atau benar-benar lingkungan di tempat yang baru ini yang memang belum menyadari betapa berbahayanya membebaskan anak dengan gadget yang tersambung internet seperti itu.  Sekarang sih Zidan sudah kami ijinkan lagi berselancar, entah main game, browsing atau melihat youtube. Tapi benar-benar dalam pengawasan saya, saya berada disampingnya. Toh prinsip kami "didiklah anak sesuai jamannya", banyak juga sebenarnya manfaat dari sana, asal kita benar-benar mendampinginya, benar-benar ada disampingnya dan tetap memberi batasan waktu. Bukan malah memberikan hp saat kita sedang sibuk supaya tak diganggu😂. Sama dengan bermain bersama teman-temannya, kami masih menganut prinsip klasik, anak-anak butuh bermain dan bersosialisasi dengan sebayanya, hanya saja waktunya kami benar2 batasi sekarang. Apalagi melihat langsung mereka benar-benar bermain fisik seperti main bola,gala-hadang, benteng,dll. Ketika teman-temannya sudah mulai lelah dan akhirnya main hp bareng, saat itulah meski belum sampai 2 jam, saatnya dia kami panggil. Terlihat kejam, sampai hati, entahlah...mungkin Zidan pun sempat membatin seperti ini. Disniilah benar-benar anak perlu diberi penguatan, motivasi, tak masalah berbeda. 1 yang mengganjal saat ini, yaitu lingkungan sekolahnya. Karena saya tidak bisa turun langsung mengawasi, manalah di sekolahnya anak-anak dibebaskan membawa hp. Lagi-lagi kalo semua usaha sudah dilakukan, dan ada hal yang memang tidak bisa kita awasi seperti itu, biarlah kekuatan doa kita yang menjadi penjaganya. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari hal-hal pornografi semacam itu, dan kalaupun dengan terpaksa terpapar karena lingkungannya, didikan dan doa kita bisa membuatnya dengan tegasnya menjauhi hal tersebut.

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar