Bergabung dengan komunitas IIP sejak medio 2015, baru di batch
#3 ini saya akhirnya bisa ikut program matrikulasinya. Sempat berpikir apakah
akan mampu karena dimulai persis ketika kami sekeluarga berpindah domisili dari
Bekasi ke Manokwari, Papua Barat. Sesampai disini pun kami langsung disambut
jaringan internet yang sedang bermasalah sampai harus selalu ketinggalan diskusi
ringan tapi berbobot di grup ini. Alhamdulillah, Internet akhirnya normal persis
di detik-detik terakhir pengumpulan NHW. Dan inilah NHW#1 saya. Sungguh suatu
prolog yang lumayan panjang ya.
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang anda akan
tekuni di Universitas Kehidupan ini
Pertanyaan yang sempat membuat
kegalauan di hati saya. Kenapa sih Cuma satu, hehe. Tahun ini ada begitu banyak
hal yang ingin saya pelajari, baik itu berhubungan dengan peran saya sebagai Ibu, Istri, atau secara individual saya sendiri. Menghafal Al-qur’an, Menjahit, Menulis, belajar marketing karena
berniat memulai usaha disini, juga semakin memperdalam ilmu baking, tapi karena ada skala prioritas,
akhirnya saya memilih menjadi home-educator alias pendidik bagi anak saya
sendiri. Menjadi guru mungkin bukan hal yang baru bagi saya yang memang basic kuliahnya di bidang pendidikan,
tetapi ternyata menjadi guru bagi anak sendiri justru saya merasa tantangannya
lebih besar dibanding saat saya mengajar di lembaga formal maupun informal.
2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga
ingin menekuni ilmu tersebut?
Karena tugas suami yang selalu berpindah-pindah, dan sudah menjadi komitmen
keluarga kami kalau tak ada LDR diantara kita, anak saya pun harus
berpindah-pindah sekolah. Di jenjang sekolah kelas 3 SD saat ini, dia juga sudah 3 kali
berpindah sekolah dasar formal. Dan akhirnya melihat beratnya dia menerima
kepindahan kami yang terakhir kemarin, kami akhirnya memutuskan buat mengambil
jalur home-schooling saat ini. Disamping hal lain seperti susahnya mencari sekolah yang sesuai kriteria dan visi-misi keluarga kami di daerah ini. Semoga
ini memang langkah terbaik yang kami ambil, aamiin.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan
anda rencanakan di bidang tersebut?
Pertama kali tentu “Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi,walaa haula wala
quwwata illa billah”
(dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-NYA, tidak ada daya dan
kekuatan kecuali atas pertolongan-NYA). Doa yang lazim dibaca saat keluar
rumah, tapi langsung terucap ketika kami mengambil keputusan ini. Kedua, ikhlas
atas pilihan ini. Dan ternyata saya baru tahu ikhlas ini ada di materi pertama
matrikulasi kemarin dan merupakan salah satu adab terhadap diri sendiri dalam
menuntut ilmu. Ketiga, mencari dan terus mencari sumber-sumber ilmu. Bertanya ke
teman-teman yang sudah memulai home-schooling
sejak lama, membaca buku-buku maupun browsing materi dan membaca pengalaman
orang-orang sebelumnya, bergabung dengan beberapa komunitas HS. Walaupun sebenernya anak saya bukan
sepenuhnya disebut HS karena saya
tetap mengikuti kurikulum sekolah sebelumnya dan aktif berkomunikasi jarak jauh
dengan guru-gurunya
.
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,
perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut
Terhadap
diri sendiri, kembali lagi harus benar-benar ikhlas dan membersihkan jiwa dari
hal-hal buruk agar ilmu bisa masuk ke dalam hati. Terus semangat dan jangan
pernah berputus asa. Mencari berkah ilmu dengan mencari keridhaan guru. Contohnya
tidak asal copy-paste tanpa mencantumkan sumber. Terakhir, jangan
lelah mencari sumber ilmu tapi tetap menyaring informasi yang kita dapatkan.
Salam Ibu profesional