Halaman

Sabtu, 02 Juni 2018

Day 17: Peran Ortu pada Anak usia 11-14 tahun dalam membangkitkan fitrah seksualitas

Usia 11 – 14 tahun

Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan. Lintas gender. Jika anak laki-laki, maka dekatkan pada bundanya. Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.

Ada sebuah riset yang menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain. Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.

Jika tidak dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata. Logis juga sih.Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena ada ayahnya yang lebih sering memujinya. Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yang lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.

Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya. Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yang kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.

Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana? Hadirkan sosok lain sesuai gender yang dibutuhkan.

Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek, atau paman.Sama dengan Rasulullah. Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.

Fase berikutnya setelah 14 tahun bagaimana? Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 tahun adalah usia aqil baligh.  Artinya anak kita sudah “bukan” anak kita lagi. Ia telah menjelma menjadi orang lain yang sepadan dengan kita.

Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karena kita hanya punya waktu 14 tahun saja. Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman. Semoga Allah mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan.

https://www.muslimahzone.id/fitrah-sexualitas-anak/

Membaca paragraf yang saya bold itu kok jadi sedih ya, berarti saya sisa punya 4 tahun saja membersamai Zidan sampai kelak ia sudah menjadi "bukan anak kami lagi".  Sementara masih banyak sekali nilai dan adab yang mesti dibenahi, salah satunya mengenai fitrah seksualitas. Dan di sisa 4 tahun inilah fase Zidan harus lebih didekatkan ke saya sebagai Ibunya menurut teori bagaimana membangkitkan fitrah seksualitas. Semoga kami masih bisa mengejar dan mengisi 4 tahun yang tersisa ini untuk membenahi beberapa hal. Juga tentang Iman yang naik turun,  apalagi karena pergaulan. Sampai salah satu impian besar kami sebagai orang tua memiliki anak yang istiqomah dalam menjalankan syariatnya kelak tercapai, aamiin...

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Jumat, 01 Juni 2018

Day 16: lagi-lagi bicara medsos...

Baru-baru ini ada foto seorang anak teman yang dicomot tanpa izin oleh salah satu online shop, tidak tanggung-tanggung, walaupun balita tapi dengan pakaian yamg cukup terbuka. Belum kasus foto anak-anak artis yang juga sering dicomot sana sini bahkan oleh komunitas-komunitas seram seperti pedhofil, gay, dll. Medsos layaknya rumahnya, internet, pasti memiliki sisi plus minus. Bagi saya pribadi menjadi ajang silaturrahmi, bertemu teman lama yang sudah lama tak berkontak, tempat bergabung dengan komunitas-komunitas hebat seperti klub masak, klub nulis, klub foto, dll. Dan juga sebagai tempat menyimpan kenangan. Karena inilah dulu saya sering share foto dan video kegiatan kami. Dulu pun walau tak sering saya sering pamer kemampuan Zidan. Lebih sebagai dokumentasi yang bisa kami lihat suatu saat nanti. Makin kesini, mulai dari menyadari bahaya ain, makin menghindarkan diri dari sifat sombong, dan tentu saja agar foto kami tak dicomot tanpa izin entah alasan penipuan atau buat kaum penyimpangan seksual seperti diatas, naudzubillah, saya akhirnya berusaha sangat mengurangi upload foto di medsos, kalaupun ada, diambil dari jarak jauh atau kondisi agak blur. Begitupun dengan prestasi Zidan, apapun itu, saya berusaha menahan diri untuk tidak menguploadnya di media sosial, ngeri kalau ada komunitas pedofil yang jadi merasa gimana saat membacanya, sounds paranoid, isn'it?😂 Ya tapi begitulah komitmen keluarga kami, kalaupun diupload toh ada mode private yang hanya bisa dilihat oleh saya sendiri. Jadi, kalau kami saja begitu, tentu kami masih melarang besar anak memiliki medsos. Kami sudah pernah kecolongan sekali ini. Zidan punya IG dibuatkan oleh temannya. Selain alasan-alasan diatas, membayangkan anak memiliki medsos sendiri kok masih terdengar mengerikan bagi saya, anak yang tiap hari kita nasehati untuk menundukkan pandangan dan menjaga aurat bisa dengan hebas melihat aurat orang lain melalui medsos, belum lagi jika ia terjerumus pada salah satu grup penyimpangan seksual, naudzubillah mindzalik! Saya masih percaya, penyimpangan seksual itu bisa menular dari pergaulan. Apa Zidan akhirnya malah tidak semakin penasaran? Bisa jadi...lagi-lagi kembali ke orang tua, bagaimana membuat ia bisa mengalihkan ingatan dari sana sepanjang waktu. Sambil terus membentenginya, memberi penguatan pada mentalnya agar bisa kuat atas godaan-godaan ini. Kelak, akan ada waktunya pasti, ia memiliki medsos sendiri, saat ia sudah menyadari sepenuhnya untuk mengambil banyak manfaat dari sana dan menjauhi hal-hal bathil yang bisa ia temukan juga disana.

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11