Halaman

Selasa, 29 Mei 2018

Day 13: Mempersiapkan Calon Iman&Pemimpin masa depan

Sudah hari ke 13, dan belum sah rasanya sebagai emak "masih beranak satu" yang mempunyai anak lelaki usia pra aqil baligh  belum pernah membahas hal ini secara khusus. Pencarian saya kemudian membawa saya ke blog salah satu sahabat, yang juga mengutip salah satu tulisan ibu Elly Risman. Linknya di
https://ceritaleila.wordpress.com/2018/01/21/tantangan-level-11-kelas-bunda-sayang-iip-hari-ke-16/ tentang menyiapkan anak lelaki mimpi basah. 2 paragraf pembukanya cukup membuat saya tertohok.

Dear Parents….

Tahukah anda, bahwa anak laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis pornografi internasional? Mengapa demikian? Karena anak laki-laki cenderung menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada di luar. Di berbagai media (Komik, Games, PS, Internet, VCD, HP), mereka menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak.

Dengan berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat.. Sehingga, testis mulai memproduksi sperma. Dan kantung sperma menjadi penuh. Karena itu, anak laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan mani lebih cepat dari yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya ‘rangsangan’ dari berbagai media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi!

Ya, sasaran utama pebisnis fotografi adalah anak LELAKI. Bagaimana saya sebagai ibu dari anak lelaki tidak merasa was-was akan hal ini, ditengah jaman serba gadget ini. Padahal tanpa menafikan gender, mendidik anak lelaki bagi saya rasanya punya tanggung jawab lebih besar dibanding anak wanita. Karena mereka adalah calon imam, calon pemimpin bagi keluarganya kelak, juga di masyarakat. Mereka harus mempunyai bekal yang cukup, baik itu tanggung jawab, ilmu agama dan pengetahuan buat melindungi dan memperlakukan keluarganya. Agar tidak terlahir ayah-ayah prematur yang merasa satu-satunya kewajibannya hanyalah mencari nafkah, dan akhirnya kembali melanjutkan generasi ayah prematur karena menjadi contoh yang tidak baik buat anak-anaknya. Banyak sekali realita yang bisa kita jumpai ayah-ayah yang belum matang  perkembangan seksualitasnya sebagai laki-laki sejati. Lalu solusinya, sudah setiap harindibahas di materi-materi kemarin, sosok Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang masa mendidik anak-anak dari lahir sampai usianya aqil baligh agar fitrah seksualitas anak lelaki ini berjalan lurus di koridornya, menyadari dan melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang calon pemimpin dan imam kelak.

Kembali ke link teman saya diatas, saya akan kembali mengutip salah satu tulisan bu Elly ini, karena walaupun ayahnya sudah menjelaskan apa itu mimpi basah, tanggung jawab yang mengikutinya, juga hal-hal apa yang wajib dan sudah tidak boleh dilakukan tetapi tulisan ini sangat mendetail bagaimana memyiapkan anak mimpi basah. Yang, well, sepertinya setahun 2 tahun kedepan harus segera ayahnya praktekkan😁.

Tips menyiapkan anak laki-laki menghadapi mimpi basah

Untuk pertama kali, kita akan membicarakan tentang apa itu mimpi basah, dan bedanya mani dengan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan antara mani dengan madzi, persiapkan terlebih dahulu alat-alatnya:

– Untuk mani: Aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer, hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit, hingga menjadi agak kuning. Taruh di wadah/botol.

–  Untuk madzi: Beli lem khusus, seperti lem UHU.

Berikutnya siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya. Apa saja yang harus disampaikan:

–  Pertama, sampaikan kepada mereka bahwa saat ini mereka telah tumbuh berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik mereka.  Dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa puber / baligh.

Contoh : “Nak.. ayah lihat kamu sudah semakin besar saja ya… Tuh coba lihat tungkai kakimu sudah semakin panjang, suaramu sudah agak berat. Waah..anak ayah sudah mau jadi remaja nih. Nah, ayah mau bicarain sama kamu tentang hal penting menjelang seorang anak menjadi remaja atau istilahnya ia memasuki masa puber / baligh”.

– Di awal, mungkin mereka akan merasa jengah dan malu. Namun, yakinkan kepada mereka, bahwa membicarakan masalah tersebut merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua, yang nanti akan ditanyakan oleh Allah di akhirat.

–  Ketika berbicara dengan anak laki-laki yang belum baligh, gunakan the power of touch. Sentuh bahu atau kepala mereka. Hal ini telah dicontohkan oleh Rosulullah Muhammad yang  sering mengusap bahu atau kepala anak laki-laki yang belum baligh. Hal ini dapat menumbuhkan keakraban antara ayah dengan anak. Jika sudah baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh.

– Gunakan juga jangkar emosi (panggilan khusus, yang bisa mendekatkan hubungan kita dengan anak), misalnya : nak, buah hati papa, jagoan ayah, dan lain-lain.

– Sampaikan kepada anak kita:

Tentang mimpi basah & mani

· Bahwa karena ia telah memiliki tanda-tanda / ciri-ciri memasuki masa puber, maka pada suatu malam nanti, ia akan mengalami mimpi sedang bermesraan dengan perempuan yang dikenal ataupun tidak dikenal. Dan pada saat terbangun, ia akan mendapatkan cairan yang disebut mani. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu cairan tepung kanji yang telah kita persiapkan). Peristiwa itu disebut mimpi basah.

· Jika seorang anak laki-laki telah mengalami mimpi basah, tandanya ia sudah menjadi seorang remaja/dewasa muda. Dan mulai saat itu, ia sudah bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatan yang ia lakukan, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Pahala dan dosa atas perbuatannya itu akan menjadi tanggungannya. Dalam agama Islam, ia disebut sudah mukallaf.

· Beritahukan kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah (sesuai dengan ajaran agama masing-masing).

Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untuk mandi besar / mandi junub, yaitu:

1. Bersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel.

2. Cuci kedua tangan.

3. Berniat untuk bersuci (“Aku berniat mensucikan diri dari hadats besar karena Allah”). Minta ia untuk melafalkannya.

4. Berwudhu.

5. Mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air.

6. Cuci kaki sebanyak tiga kali.

· Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan.

 

Tentang madzi

·  Jika ia melihat hal-hal/gambar-gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak (gambar yang tak senonoh), maka bisa jadi, ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu lem UHU).

· Cara membersihkannya cukup dengan: mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu.

· Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Qur’an.

· Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan.

Hal penting yang harus kita ingat sebelum membicarakan masalah ini kepada anak adalah kita berlatih dahulu bagaimana cara menyampaikannya. Mengapa? Agar komunikasi yang akan kita lakukan tidak tegang, dan berjalan dengan hangat. Agar anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik.

 

Selamat mencoba…

 

-Elly Risman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar