Halaman

Rabu, 30 Mei 2018

Day 14: Peran ibu dalam membangkutkan dan mengokohkan fitrah seksualitas anak

Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.”
Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.

Sebagai Ibu, saya sudah menyadari betapa berat tanggung jawab yang saya emban dalam hal mendidik anak-anak ini. Dan membimbing fitrah seksualitas anak ini adalah salah satunya. Salah satu tanggung jawab baru yang baru saya ketahui ketika membaca buku Ustadz Harry Santosa.

Dijaman sekarang, tantangan dalam menanamkan dan mengokohkan fitrah seksualitas pada anak ini semakin banyak dan besar, secara pribadi saya coba mengurutkannya dan peran saya sebagai ibu di setiap tantangan itu

1. TV dan gadget

Tantangan paling besar menurut saya datang dari sini. Banyaknya siaran TV yang bahkan iklan pun tak sesuai dengan umur anak. Banyaknya siaran yang memunculkan lelaki kemayu. Bahkan kartun pun tak lepas dari adegan cinta-cintaan yang sebenarnya tak boleh. Solusinya, kalau di keluarga kami, ya pendampingan. Jangan pernah lepaskan anak menonton TV atau bermain gadget tanpa saya disisinya. Dulu saking inginnya  anak menjadi lelaki sejati, saya kadang memberinya tontonan power rangers, sungguh kekhilafan, karena walaupun saya dampingi. Toh dalam islam banyak sekali tokoh lelaki sejati yang benar-benar ada yang bisa diceritakan ke anak. Bukan fiktif seperti rangers itu. Sekarang, kadang masih ada tontonan yang belum sesuai umurnya yang kecolongan ditonton, tapi dengan ada saya disisinya, setidaknya saya bisa menjelaskan kalau itu jelas hal yang tidak boleh. Walau cuma sebatas bersentuhan tangan karena bermain, berbohong, atau usil.

2. Ketika anak mulai menyukai lawan jenis

Zidan dulu pernah bilang, "si A itu cantik ya mi, baik juga, pinter lagi". Imi menurut saya sudah lampu kuning, warning bahwa dia mulai menyukai lawan jenisnya. Ada salah satu sisi, merasa bersyukur karena berarti orientasi sekaualnya normal, tapi lebih banyak mulai deg-degan. Tentu sebagai ibu, saya gak boleh memperlihatkan kekagetan saya saat itu. Cuma mengiyakan, kemudian setelah itu mengingatkan persoalan muhrim non muhrim dan hal yang mengikutinya seperti sentuhan sedikit pun itu sudah terhitung dosa. Baru-baru ini, karena Zidan sudah mulai tahu ada kosakata pacaran dari teman-temannya. Akhirnya saya pun melibatkannnya ngobrol santai, kalau jelas dalam islam pacaran itu dosa dan tidak boleh. Membukakan Alqur'an bagian itu. Menyukai lawan jenis itu fitrah tapi biarlah sekarang saatnya membangun diri menjadi lebih baik. Belajar dan ibadah yang rajin agar kelak menjadi lelaki hebat dan sholeh sehingga bisa mendapatkan wanita yang hebat. Dan juga menjelaskan satu-satunya hubungan antara pria dan wanita yang boleh hanyalah pernikahan seperti ummi dan abi.

3. Makin banyaknya predator anak

Ini juga tentu ketakutan tersendiri. Predator anak ada dimana-mana. Kasus semakin meningkat. Bisa dibilang hampir tiap minggu saya mengingatkan Zidan hal ini. Sentuhan yang boleh dan tidak boleh, apa yang harus dilakukan jika ada yang sudah mulai menyentuh yang tidak boleh, tak peduli siapapun dia. Orang yamg dihormati anak sekalipun dia harus kabur dan teriak.

4. Fenomena LGBT

Nah, satu lagi. Angka penganutnya juga semakin meningkat. Dan penelitian membuktikan ini menular. Yang saya lakukan ya mendongengkannya kisah nabi luth, penyakit-penyakit yang menyertainya. Serta menjauhi temannya yang terbukti melenceng fitrah seksualitasnya.

Sejauh ini, 4 poin diatas dulu, semoga kita selalu bisa menjadi Ibu yang amanah pada titipan paling berharga ini. Aamiin YRA

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar