Halaman

Kamis, 31 Mei 2018

Day 15: Cara Nabi mendidik generasi

Jujur, saya mulai kehilangan ide😂. Browsing kesana kemari sepertinya semua hal sudah dibahas di hari-hari sebelumnya. Setelah berselancar di dunia maya, akhirnya saya mematung depan rak buku meneliti 1 demi 1 buku yang kira2 berhubungan dengan tema kali ini. Akhirnya saya memilih buku ini.ang susah beberapa poin yang sudah dibahas, tapi setidaknya kita review kembali.

Cara Nabi mendidik Generasi

1. Melatih anak minta izin saatasuk rumah dan kamar orang tua.

Pertama, untuk anak kecil, ditentukan 3 waktu: sebelum shalat subuh, waktu tidur siang, dan setelah sholat isya. Kedua, untuk usia baligh: di setiap waktu ketika pintu orang tua tertutup dan kedua orang tua sedang berada di kamar. Ketiga: untuk khadimat dan anak-anak yang sudah agak besar tapi belum baligh pun setiap waktu agar pandangan mereka tidak jatuh pada aurat keluarganya

Zidan sudah pernah diberitahu hal ini tapi ya tetap saja ada waktu-waktu dia khilaf. Memang butuh pembiasaan dan tentunya sebagai ortu juga kami tak boleh bosan mengingatkan hal ini

2. Membiasakan anak menundukkan pandangan dan menutup aurat.

Pentingnya menundukkan pandangan ini diakui oleh seorang ilmuwan dr Jerman bahwa kebiasaan menundukkan pandangan adalah solusi bagi kerusakan perilaku seksual.

Lagi-lagi Zidan masih dalam fase membiasakan diri dalam hal menundukkan pandangan. Masalah menutup aurat, alhamdulillah dia sudah menjaga dengan baik.

3. Memisahkan tempat tidur anak

semenjak usia 8 tahun Zidan sudah tidur dikamar sendiri, tetapi biasanya tetap ada masa-masa kami akhirnya kruntelan tidur bertiga, atau ketoka abinya lagi dinas keluar kota maka akhirnya kami tidur berdua. Berhubung sebentar lagi, doa sudah berusia 10 tahun, hal-hal permisif seperti ini tentu sudah tidak boleh lagi

4. Melatih anak tidur dalam posisi miring ke kanan

mengikuti sunnah Rasullullah SAW dengan tidur miring ke kanan akan menjauhkan anak dari banyak penyelewengan seksual ketika tidur. Rasullullah SAW menegaskan bahwa tidur terlentang adalah tidur setan. Dan tidur tengkurap akan menyebabkan sering terjadinya pergesekan pada organ reproduksi sehingga dpt membangunkan syahwat. Para dokter pun sangat menyarankan untuk tidak tidur tengkurap.

Lagi-lagi masih dalam tahap pembiasaan saat ini, masih jauh dari sempurna tapi at least he keep trying

5. Menjauhkan Anak dari Ikhtilat Bersama Lawan Jenis

Kami selalu mengingatkan ini, meski itu sepupu terdekat atau gurunya sekalipun. Zidan masih sering kelepasan hal ini apalagi sama tetangga-tetangga komplek yang memang sudah seperti saudara. Jadi ini masih jadi hal wajib yang setiap hari harus kami ingatkan

6. Menjelaskan perbedaan jenis kelamin dan bahaya zina ketika anak mendekati baligh.

Belum sampai sejauh ini sih, belum pernah menyinggung kata Zina, baru sebatas seperti poin no 5 diatas. Masih mencari timing yang tepat.

7. Menyuruh anak segera tidur setelah sholat Isya

Ini masih jauuuh🙈🙈. Dan susah banget keluarga kami mengaplikasikannya. Tapi kalau melihat haditsnya anjuran itu agar para pemuda tidak menghabiskan malamnya penuh kerusakan, jadi sepanjang dihabiskan dalam kebaikan dan ibadah sepertinya sah -sah saja ya😁

8. Menganjurkan pernikahan dini pada anak.

Penyakit kejiwaan dan sosial dalam masyarakat serta berbagai peristiwa kriminal yang terjadi tidak lain merupakan akibat tidak lazimnya dari memperlambat pernikahan.

Rabu, 30 Mei 2018

Day 14: Peran ibu dalam membangkutkan dan mengokohkan fitrah seksualitas anak

Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.”
Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.

Sebagai Ibu, saya sudah menyadari betapa berat tanggung jawab yang saya emban dalam hal mendidik anak-anak ini. Dan membimbing fitrah seksualitas anak ini adalah salah satunya. Salah satu tanggung jawab baru yang baru saya ketahui ketika membaca buku Ustadz Harry Santosa.

Dijaman sekarang, tantangan dalam menanamkan dan mengokohkan fitrah seksualitas pada anak ini semakin banyak dan besar, secara pribadi saya coba mengurutkannya dan peran saya sebagai ibu di setiap tantangan itu

1. TV dan gadget

Tantangan paling besar menurut saya datang dari sini. Banyaknya siaran TV yang bahkan iklan pun tak sesuai dengan umur anak. Banyaknya siaran yang memunculkan lelaki kemayu. Bahkan kartun pun tak lepas dari adegan cinta-cintaan yang sebenarnya tak boleh. Solusinya, kalau di keluarga kami, ya pendampingan. Jangan pernah lepaskan anak menonton TV atau bermain gadget tanpa saya disisinya. Dulu saking inginnya  anak menjadi lelaki sejati, saya kadang memberinya tontonan power rangers, sungguh kekhilafan, karena walaupun saya dampingi. Toh dalam islam banyak sekali tokoh lelaki sejati yang benar-benar ada yang bisa diceritakan ke anak. Bukan fiktif seperti rangers itu. Sekarang, kadang masih ada tontonan yang belum sesuai umurnya yang kecolongan ditonton, tapi dengan ada saya disisinya, setidaknya saya bisa menjelaskan kalau itu jelas hal yang tidak boleh. Walau cuma sebatas bersentuhan tangan karena bermain, berbohong, atau usil.

2. Ketika anak mulai menyukai lawan jenis

Zidan dulu pernah bilang, "si A itu cantik ya mi, baik juga, pinter lagi". Imi menurut saya sudah lampu kuning, warning bahwa dia mulai menyukai lawan jenisnya. Ada salah satu sisi, merasa bersyukur karena berarti orientasi sekaualnya normal, tapi lebih banyak mulai deg-degan. Tentu sebagai ibu, saya gak boleh memperlihatkan kekagetan saya saat itu. Cuma mengiyakan, kemudian setelah itu mengingatkan persoalan muhrim non muhrim dan hal yang mengikutinya seperti sentuhan sedikit pun itu sudah terhitung dosa. Baru-baru ini, karena Zidan sudah mulai tahu ada kosakata pacaran dari teman-temannya. Akhirnya saya pun melibatkannnya ngobrol santai, kalau jelas dalam islam pacaran itu dosa dan tidak boleh. Membukakan Alqur'an bagian itu. Menyukai lawan jenis itu fitrah tapi biarlah sekarang saatnya membangun diri menjadi lebih baik. Belajar dan ibadah yang rajin agar kelak menjadi lelaki hebat dan sholeh sehingga bisa mendapatkan wanita yang hebat. Dan juga menjelaskan satu-satunya hubungan antara pria dan wanita yang boleh hanyalah pernikahan seperti ummi dan abi.

3. Makin banyaknya predator anak

Ini juga tentu ketakutan tersendiri. Predator anak ada dimana-mana. Kasus semakin meningkat. Bisa dibilang hampir tiap minggu saya mengingatkan Zidan hal ini. Sentuhan yang boleh dan tidak boleh, apa yang harus dilakukan jika ada yang sudah mulai menyentuh yang tidak boleh, tak peduli siapapun dia. Orang yamg dihormati anak sekalipun dia harus kabur dan teriak.

4. Fenomena LGBT

Nah, satu lagi. Angka penganutnya juga semakin meningkat. Dan penelitian membuktikan ini menular. Yang saya lakukan ya mendongengkannya kisah nabi luth, penyakit-penyakit yang menyertainya. Serta menjauhi temannya yang terbukti melenceng fitrah seksualitasnya.

Sejauh ini, 4 poin diatas dulu, semoga kita selalu bisa menjadi Ibu yang amanah pada titipan paling berharga ini. Aamiin YRA

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Selasa, 29 Mei 2018

Day 13: Mempersiapkan Calon Iman&Pemimpin masa depan

Sudah hari ke 13, dan belum sah rasanya sebagai emak "masih beranak satu" yang mempunyai anak lelaki usia pra aqil baligh  belum pernah membahas hal ini secara khusus. Pencarian saya kemudian membawa saya ke blog salah satu sahabat, yang juga mengutip salah satu tulisan ibu Elly Risman. Linknya di
https://ceritaleila.wordpress.com/2018/01/21/tantangan-level-11-kelas-bunda-sayang-iip-hari-ke-16/ tentang menyiapkan anak lelaki mimpi basah. 2 paragraf pembukanya cukup membuat saya tertohok.

Dear Parents….

Tahukah anda, bahwa anak laki-laki yang belum baligh dijadikan sasaran tembak bisnis pornografi internasional? Mengapa demikian? Karena anak laki-laki cenderung menggunakan otak kiri dan alat kemaluannya berada di luar. Di berbagai media (Komik, Games, PS, Internet, VCD, HP), mereka menampilkan gambar-gambar yang mengandung materi pornografi, melalui tampilan yang dekat dan akrab dengan dunia anak-anak.

Dengan berbagai rangsangan yang cukup banyak dari media-media tersebut, dan asupan gizi yang diterima anak-anak dari makanannya, hormon testosterone di dalam tubuh bergerak 20 kali lebih cepat.. Sehingga, testis mulai memproduksi sperma. Dan kantung sperma menjadi penuh. Karena itu, anak laki-laki kita dengan mudahnya mengeluarkan mani lebih cepat dari yang lainnya dan kadang-kadang, dengan banyaknya ‘rangsangan’ dari berbagai media tersebut, mereka tidak perlu dengan bermimpi!

Ya, sasaran utama pebisnis fotografi adalah anak LELAKI. Bagaimana saya sebagai ibu dari anak lelaki tidak merasa was-was akan hal ini, ditengah jaman serba gadget ini. Padahal tanpa menafikan gender, mendidik anak lelaki bagi saya rasanya punya tanggung jawab lebih besar dibanding anak wanita. Karena mereka adalah calon imam, calon pemimpin bagi keluarganya kelak, juga di masyarakat. Mereka harus mempunyai bekal yang cukup, baik itu tanggung jawab, ilmu agama dan pengetahuan buat melindungi dan memperlakukan keluarganya. Agar tidak terlahir ayah-ayah prematur yang merasa satu-satunya kewajibannya hanyalah mencari nafkah, dan akhirnya kembali melanjutkan generasi ayah prematur karena menjadi contoh yang tidak baik buat anak-anaknya. Banyak sekali realita yang bisa kita jumpai ayah-ayah yang belum matang  perkembangan seksualitasnya sebagai laki-laki sejati. Lalu solusinya, sudah setiap harindibahas di materi-materi kemarin, sosok Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang masa mendidik anak-anak dari lahir sampai usianya aqil baligh agar fitrah seksualitas anak lelaki ini berjalan lurus di koridornya, menyadari dan melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang calon pemimpin dan imam kelak.

Kembali ke link teman saya diatas, saya akan kembali mengutip salah satu tulisan bu Elly ini, karena walaupun ayahnya sudah menjelaskan apa itu mimpi basah, tanggung jawab yang mengikutinya, juga hal-hal apa yang wajib dan sudah tidak boleh dilakukan tetapi tulisan ini sangat mendetail bagaimana memyiapkan anak mimpi basah. Yang, well, sepertinya setahun 2 tahun kedepan harus segera ayahnya praktekkan😁.

Tips menyiapkan anak laki-laki menghadapi mimpi basah

Untuk pertama kali, kita akan membicarakan tentang apa itu mimpi basah, dan bedanya mani dengan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan antara mani dengan madzi, persiapkan terlebih dahulu alat-alatnya:

– Untuk mani: Aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer, hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit, hingga menjadi agak kuning. Taruh di wadah/botol.

–  Untuk madzi: Beli lem khusus, seperti lem UHU.

Berikutnya siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya. Apa saja yang harus disampaikan:

–  Pertama, sampaikan kepada mereka bahwa saat ini mereka telah tumbuh berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik mereka.  Dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa puber / baligh.

Contoh : “Nak.. ayah lihat kamu sudah semakin besar saja ya… Tuh coba lihat tungkai kakimu sudah semakin panjang, suaramu sudah agak berat. Waah..anak ayah sudah mau jadi remaja nih. Nah, ayah mau bicarain sama kamu tentang hal penting menjelang seorang anak menjadi remaja atau istilahnya ia memasuki masa puber / baligh”.

– Di awal, mungkin mereka akan merasa jengah dan malu. Namun, yakinkan kepada mereka, bahwa membicarakan masalah tersebut merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua, yang nanti akan ditanyakan oleh Allah di akhirat.

–  Ketika berbicara dengan anak laki-laki yang belum baligh, gunakan the power of touch. Sentuh bahu atau kepala mereka. Hal ini telah dicontohkan oleh Rosulullah Muhammad yang  sering mengusap bahu atau kepala anak laki-laki yang belum baligh. Hal ini dapat menumbuhkan keakraban antara ayah dengan anak. Jika sudah baligh, mereka tidak akan mau kita sentuh.

– Gunakan juga jangkar emosi (panggilan khusus, yang bisa mendekatkan hubungan kita dengan anak), misalnya : nak, buah hati papa, jagoan ayah, dan lain-lain.

– Sampaikan kepada anak kita:

Tentang mimpi basah & mani

· Bahwa karena ia telah memiliki tanda-tanda / ciri-ciri memasuki masa puber, maka pada suatu malam nanti, ia akan mengalami mimpi sedang bermesraan dengan perempuan yang dikenal ataupun tidak dikenal. Dan pada saat terbangun, ia akan mendapatkan cairan yang disebut mani. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu cairan tepung kanji yang telah kita persiapkan). Peristiwa itu disebut mimpi basah.

· Jika seorang anak laki-laki telah mengalami mimpi basah, tandanya ia sudah menjadi seorang remaja/dewasa muda. Dan mulai saat itu, ia sudah bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatan yang ia lakukan, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Pahala dan dosa atas perbuatannya itu akan menjadi tanggungannya. Dalam agama Islam, ia disebut sudah mukallaf.

· Beritahukan kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah (sesuai dengan ajaran agama masing-masing).

Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untuk mandi besar / mandi junub, yaitu:

1. Bersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel.

2. Cuci kedua tangan.

3. Berniat untuk bersuci (“Aku berniat mensucikan diri dari hadats besar karena Allah”). Minta ia untuk melafalkannya.

4. Berwudhu.

5. Mandi, minimal menyiram air ke bagian tubuh sebelah kanan tiga kali, dan ke bagian sebelah kiri sebanyak tiga kali, hingga seluruh anggota tubuh terkena air.

6. Cuci kaki sebanyak tiga kali.

· Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan.

 

Tentang madzi

·  Jika ia melihat hal-hal/gambar-gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak (gambar yang tak senonoh), maka bisa jadi, ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. (Kita beri tahukan kepada mereka contoh cairannya, yaitu lem UHU).

· Cara membersihkannya cukup dengan: mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu.

· Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al Qur’an.

· Setelah kita terangkan, minta kepadanya untuk mengulangi apa yang telah kita sampaikan.

Hal penting yang harus kita ingat sebelum membicarakan masalah ini kepada anak adalah kita berlatih dahulu bagaimana cara menyampaikannya. Mengapa? Agar komunikasi yang akan kita lakukan tidak tegang, dan berjalan dengan hangat. Agar anak merasa nyaman dan ia dapat menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik.

 

Selamat mencoba…

 

-Elly Risman-

Senin, 28 Mei 2018

Day 12: Tanggung jawab menurut Gender terkait fitrah seksualitas

Mulai hari ini sudah tidak ada lagi oresentasi kelompok. Peserta bebas mencari materi mandiri terkait fitrah seksualitas dan memberikan resume.

Sejak kemarin saya kepikiran pembagian tugas berdasarkan gender ini. Misalnya di masyarakat umumnya ibu itu salah satu tugasnya adalah memasak dan ayah misalnya mengecat rumah. Saat sedang browsing, saya sampai pada link ini, hehe tidak jauh-jauh dari IIP juga :)

https://www.google.com/search?hl=in-ID&ie=UTF-8&source=android-browser&q=peran+gender+fitrah+seksualitas+anak

Bukan bermaksud ikut menyetujui kampanye kesetaraan gender, karena jelas dalam alqur'an surat Annisa pun dengan tegas mengatakan laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Tetapi dalam Islam pun ditegaskan, pembagian tugas tersebut.  Lelaki memang diberi kelebihan sekaligus kewajiban buat mencari nafkah. Dan peran wanita adalah sholihah yang taat pada Allah, serta memelihara diri dan kehormatannya. Di keluarga kami, karena ayahnya di hari biasa sibuk bekerja, jadi pekerjaan rumah tangga sehari-hari dikerjakan oleh saya. Tapi di weekend, atau biasa juga di hari-hari biasa, suami membantu saya meracik bumbu masak, menyapu,mengepel, dsb. Saya pun pernah mengecat sendiri tembok rumah berdua suami. Ini sekaligus mengajarkan Zidan bahwa dalam hal pekerjaan seperti ini tidak ada pengkotak-kotakan gender. Kecuali memang seperti mengangkat galon saat keduanya ada di rumah, memperbaiki genteng bocor, tentu tugas ayah, karena lelaki memang diberi fisik yang lebih kuat. Sempat sih zidan bertanya tapi kenapa banyak koki banci mi, oh ini karena ada teman saya koki dan emang gemulai😂😓. Akhirnya saya tunjukin foto chef juna, dll yang menunjukkan maskulinitas para chef ini😂. Begitu juga ada wanita yang menjadi arsitek atau polwan. Kami hanya selalu menekankan pada kewajiban utama bahwa lelaki bertugas mencari nafkah, sebagai qowwam (pemimpin) bagi keluarganya, bertanggung jawab membawa keluarganya ke syurga Allah swt. Justru, beliau memang berkewajiban turut serta dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga selayaknya Rasululullah membantu pekerjaan istri-istrinya sebagaimana diceritakan banyak shiroh. Sekarang, Zidan juga kadang ikut membantu saya didapur, memetik sayuran atau mengupas bawang. Mencuci piringnya sendiri pun itu tugasnya. Kadang kalau sudah duet sama suami mengerjakan pekerjaan rumah tangga, maka saya akan mengatakan, inilah contoh lelaki sejati, yang membuat dia mesem-mesem😁😁

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Minggu, 27 Mei 2018

Day 11: Bagaimana cara menjawab pertanyaan anak tentang seksualitas

Pernah atau seringkah kita tiba-tiba ditembak oleh pertanyaan-pertanyaan unik dari seorang anak? Apalagi yang berhubungan dengan seks? tiba-tiba anak bertanya, ‘Mah, penis itu apa?’, ‘Bund, kok payudara bunda besar, punya kakak tidak?’.

Dari sekelompok orang tua yang diberikan pertanyaan berkaitan dengan seks oleh anak, sebagian akan menunjukkan reaksi diam dan pura-pura tidak mendengar. Sebagian lagi ada yang mengalihkan pembicaran, atau justru memberikan komentar sinis pada anak seperti “Duh, nanti saja, ya, Nak. Kamu, kan, masih kecil.” Dan sebagian yang lain dengan susah payah berusaha untuk memberikan jawaban pada anak, meski sebenarnya tidak yakin apakah jawaban yang diberikan benar atau salah. Duh, dilematisnya jadi orang tua.

Ketika orang tua memberikan respon yang tidak tepat, anak akan merasa kebingungan padahal ia hanya bertanya. Dampak dari hal tersebut anak akan merasa takut dan tertutup pada orang tuanya lalu ia akan mencari jawaban sendiri. Inilah yang perlu diwaspadai.

Tidak perlu khawatir ketika anak mulai bertanya tentang seks. Yang perlu dikhawatirkan sebenarnya adalah ketika kita sebagai orang tua tidak bisa menanggapi dan menjawab pertanyaan anak dengan baik dan tepat.

Ada 3 hal yang menyebabkan orang tua salah bersikap ketika anak mengomunikasikan keingintahuannya:

1⃣Tidak memahami pentingnya menanggapi pertanyaan atau celoteh anak
2⃣Tidak mengetahui jawabannya
3⃣Tahu jawaban namun menganggap jawaban tersebut belum pantas diketahui anak

Ketika muncul pertanyaan dari anak tentang ini, sebenarnya ini adalah kesempatan orangtua untuk bisa menguatkan fitrah seksualitas sesuai track yang benar, berpedoman pada al quran dan hadist.
.
🌹Pendidikan yang kita berikan kepada anak bukanlah pendidikan seks, namun pendidikan seksualitas, yang merupakan totalitas suatu pribadi, bagaimana individu itu berbicara, berpakaian, berbudaya, bersosialisai, dsb.
.
Jadi jelaslah bahwa yang kita ajarkan ke anak adalah seksualitas yang mencakup masalah seks dan pendidikan moral serta kepatutan sehingga anak memiliki seksualitas yang benar, sehat dan lurus.

*Mengapa perlu belajar?* karena, kalau kita panik dan tak,tau ilmu bicara, :
😱 anak bingung
😱 anak mencari ke sumber lain yang belum tentu benar
😱 anak tumbuh dengan pemahaman yang salah
😱 fitrah seksualitas anak rentan menyimpang
.
🌹 *Prinsip Bicara Seksualitas*
✍ Berjenjang sesuai usia anak
✍ Dilandasi aturan agama
✍ sesuai anjuran medis
✍ Tanamkan value,baru penjelasan
✍ Didampingi penuh oleh orangtua
✍ Berani untuk "tidak sempurna"
✍ Tidak tabu, karena ini menopang fitrah personal
.
🌹 *Saat Menjawab Pertanyaan Anak*
.
✍ Tenang dan kontrol diri, tarik nafas panjang,rileks, take it easy (jangan terlihat shock)
✍ Cek pemahaman anak,"yang kamu tau apa nak?"
✍ Katakan apa yang anda rasakan,misal "bunda kaget kamu tanya itu"
✍ Kunci dengan agama, jangan beri jawaban gantung, jika belum siap katakan dan jadwalkan "bunda belum bisa jawab sekarang, insyaallah besok bunda jawab"

🌹 *Prinsip agama yang dikaitkan ketika bicara seksualitas*
✍ fitrah gender
✍ adab
✍ fiqh thaharah
✍ fiqh ibadah
✍ rasa malu dan ihsan
✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓

Sebagai orang tua, kami pun pasti pernah mendapat pertanyaan-pertanyaan seputar seksualitas seperti itu. Dari mana Zodan keluar, kenapa tidak boleh ummi tidur dekat kakek padahal bapaknya, kenapa buah dadanya Zidan beda sama abi dan ummi dll.  Kaget dan pura-pura tidak dengar, pernah. Menjawab salah juga pernah. Seperti saat ditanya darimana zidan keluar dan saya menjawab dari perut. Tapi berdasarkan pemaparan diatas, memang memberikan penjelasan mengenai pertanyaan anak seputar seksualitas ini memang harus berjenjang sesuai dengan umurnya. Saya agak jlebb membaca bagian, kalah bukan kita yang jelaskan, ditakutkan mereka akan memuaskan rasa penasaran mereka justru dari aumber yang tidak benar. Justru saat-saat anak bertanya seperti itulah merupakan kesempatan buat menanamkan fitrah seksualitas sesuai gendernya kepada mereka. Sekarang PR kami ya mencari dan memahami jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kritis generasi sekarang tentang seksualitas ini.

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Jumat, 25 Mei 2018

Day 9: Remaja,pubertas, masalah dan solusinya

Hari ini giliran kelompok saya dan mb Sita yang persentasi. Perbedaan waktu 7 jam diantara kami tidak membuatnya jadi masalah. Kami akhirnya mengangkat masa Remaja yang dihubungkan dengan Pubertas yang pasti mengiringinya. Kenapa akhirnya kami mengkhususkan masalah Remaja ini, karena masa inilah masa penentu, masa paling kritis dalam tahapan hidup seorang anak sebagai individu. Masa peralihan dari kanak-kanak ke Remaja, dan merupakan satu proses yang harus dilalui dalam mengenalkan fitrah seksualitas seorang anak.

Pada fase ini banyaaak sekali masalah yang bisa menerpa anak kita. Masa-masa mereka sudah butuh pengakuan. Maka kita harus jadi sahabat bagi anak, Cs, best friend, apapun itu istilahnya. Sesungguhnya saya sudah mulai merasa hawa-hawa masa ini. Meskipun Zidan masih berusia 10 tahun, tapi ia mulai menunjukkan sedikit keegoisan, butuh pengakuan akan kemampuannya, juga seperti sudah membangun sedikit ruang pribadi dan batasan untuk dirinya sendiri yang kami sudah tak boleh campuri. Pada fase ini betul-betul butuh perhatian penuh dari orang tua dan pemilihan lingkungan yang baik karena kebanyakan masalah selain kurangnya perhatian orang tua juga pengaruh lingkungan sekitar. Lagi-lagi masalah yang kami hadapi disini. Bagaimana membentengi dia dari pengaruh-pengaruh luar yang buruk agar bisa menjadi anak yang berprinsip dan teguh pendirian. Semoga kelak Anak kita dijauhkan dari segala permasalahan Remaja, tidak mengalami fase remaja BLAST, yang merupakan gerbang awal dari kenakalan raja yang lebih parah.  Semoga kelak kami bisa menanamkan ia Remaja BEST (memiliki Behaviour yang baik, berEmpathy tinggi, Smart, dan Tough atau berpendirian kuat). Sungguh banyak sekali akhirnya pengetahuan baru yang saya dapatkan dari menyusun materi presentasi ini. Bagaimana Alqur'an dan Hadits juga sebagai satu buku parenting terbaik, bagaimana Anak yang telah memasuki masa baligh/pubertas telah dikenakan kewajiban syariat dan sudah bertanggung jawab atas dirinya sendiri atas perbuatannya. Semoga kelak, kami bisa menjadi orang tua yang MESRA ( Menjadi sahabat remaja) di masa anak-anak kami remaja, mendampinginya melewati fase penentu dan paling rawan ini, sehingga Mereka menjadi pribadi dengan mental yang kuat, berpegang teguh pada Agama, dan terhindarkan dari segala kemaksiatan, aamiin

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Kamis, 24 Mei 2018

Day 8: Tantangan dalam menumbuhkan fitrah seksualitas anak; Mencegah terjadinya transgender

Tema hari ini kembali menyinggung LGBT dan mengkhususkannya pada transgender. Transgender ini berbwda dengan gay dan lesbia. Transgender adalah orang yang melajukan, merasa, berpikir, alat kelaminnya tidak sesuai dengan sekanya saat lahir. Ada veberapa faktor penyebab terjadinya transgender ini, bisa dari lingkungan, genetis, ekonomi, bahkan keluarga. Saya memiliki seorang teman lelaki yang kelakuannya lebih cenderung ke wanita, karena saat kecil orang tuanya menginginkan anak perempuan jadi memperlakukan anaknya seperti perempuan. Jadi terbukti bahwa faktor keluarga juga bisa menjadi salah satu pemicunya.
Lalu solusinya, selain memperlakukan anak sejak bayi sesuai gendernya, juga selalu melakukan pemantauan perilaku anak dari masa ke masa. Saya ingat saya pernah iseng memakaiakan Zidan jilbab saat Ia masih bayi, dan betapa murkanya ayahnya saat saya menunujukkan fotonya. Hal kecil tapi bisa berefek banyak bagi psikologis anak. Terakhir lagi-lagi doa kita sebagai orang tua agar anak-anak kita terhindar dari bahaya laten LGBT ini

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Rabu, 23 Mei 2018

Day 7: Pencegahan kekerasan seksual pada anak

Materi hari ini tentang bagaimana memcegah kekerasan seksual pada anak. Dimulai dengan data makin meningkatnya kekerasan seksual pada anak, yang tentunya membuat kita selaku orang tua merasa was-was, khawatir, sampai rasanya mau ngekep aja anak di dalam rumah aja. Bentuk kekerasan sekaualnya pun macam-macam, yang membacanya saja membuat bulu kuduk merinding. Itu data yang melapor loh, belum yang merasa malu untuk melapor juga pasti angkanya tak sedikit. Dampaknya pun luar biasa, bukan hanya kematian dan cedera tubuh, tapi secara psikologis bisa menimbulkan depresi dan gelisah yang berkepanjangan, butuh pendampingan yang kontinyu bahkan oleh ahli untuk menyembuhkan ini, karena salah satu akibat lainnya adalah bisa menjadi pelaku di masa depan jika tak tertangani. NAUDZUBILLAH. Pelaku pun dari beberapa kasus biasanya malah orang dekat korban, bagaimana kita sebagai orang tua tidak semakin ketakutan.  Meskipun sudah diterbitkan perppu untuk menambah masa hukuman buat pelaku kekerasan seksual tapi angka kekerasan seksual ini tetap meningkat😭. Mencegahnya salah satunya dengan pendidikam seks sejak dini kepada anak.  Sejauh ini walau anak laki-laki, kami sudah membiasakan zidan memakai pakaian yang sopan sejak kecil. Bahkan sehari-hari Ia lebih sering memakai celana panjang, dibanding celana selutut. Karena saya stay at home mom jadi dulu sebelum Zidan sekolah, tentu hampir tidak pernah saya menitipkannya bersama orang lain. Sekarang saat sudah sekolah, tentu lingkungan sekolah yangenjadi ketakutan utama kami. Karena lingkungan tetangga alhamdulillah aman, dan tetap dalam pengawasan saya. Saya juga termasuk yang  jarang sekali mengunggah foto anak di media sosial. Sehebat apapun pencapaiannya. Biasanya hanya foto-foto kalau kami mengunjungi tempat baru, itupun ramai-ramai dan dari jarak cukup jauh. Kami juga sudah sering menyampaikan norma-morma dan  adab bagaiamana dia seharusnya bersikap di lingkungan.  Batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh, ini agak PR sih, karena Zidan kalau sudah merasa sangat akrab kadang masih melajukan kontak fisik seperti menarik lengan,menyentuh punggung temannya yang wanita kalau ia sudah asyik bermain gala hadang misalnya. Padahal sudah sering kami tekankan kalau itu bukan muhrimnya. Dan sudah pula menjelaskan konsep muhrim ini. Terakhir mb Vanny memberi beberap cara menyenangkan mengenalkan pendidikan seka ini, yang langsung saya perlihatkan ke Zidan malam ini

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Selasa, 22 Mei 2018

Day 6: Fitrah Seksualitas dan pentingnya Pendidikan seks sejak dini

Fitrah seksualitas dan pentingnya pendidikan seks sejak dini

Materi kelompok 1 di hari ke 6 ini sedikitnya sudah saya singgung di hari minggu kemarin pada saat peserta disuruh mencari materi mandiri. 

Dalam KBBI, ternyata Seks bisa berarti :
1. Alat Kelamin
2. Hal yang berhubungan dengan Alat Kelamin

Jadi Pengertian "Pendidikan Seks sejak dini" artinya mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan alat kelamin sejak dini

Jadi jika ada pertanyaan? Perlu apa nggak? Tabu apa nggak? Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri 😅

Sebab dengan mengajarkan anak tentang seks sejak dini maka setidaknya anak-anak bisa mulai *mengenali* "FITRAH SEKSUALITAS"nya sejak dini

Dari sini diharapkan dapat membuat mereka mensyukuri atas "FITRAH"nya atau secara simpel setidaknya mereka bisa mensyukuri "takdir seksualitasnya (jenis kelaminnya)" tanpa perlu merasa iri dengan gender lain ataupun merasa terjebak dalam gender lain 😄✌

*Sebagai catatan :* pengertian gender adalah  : karakteristik/sifat maskulin/feminim yang melekat pada seseorang yang dapat mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan atau laki-laki
Sayangnya tak dipungkiri, ada banyak *Faktor Pendidikan Seks yang keliru*, beberapa diantaranya :
1. Ketidak tahuan orang tua tentang pendidikan seks. Hal ini biasanya dipengaruhi faktor lingkungan yang ada. Misal karena si orang tua tumbuh di lingkungan yang menganggap tabu pendidikan seks sejak dini, maka bekal ilmu untuk orang tua pun tidak banyak

2. Kesalahan "rangsangan" dari dalam.
→ Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, *"Kapan sebaiknya anak mulai tidur terpisah dengan orang tua???"*

Padahal menginjak usia 2 tahun lebih, maka memori anak-anak mulai melekat. Sayangnya banyak dari kita yang tidak menyadari, bahkan di usia-usia berikutnya ada fase di mana mereka bisa *berpura-pura tidur*

Contoh kasus nyata :
Seorang anak terbiasa tidur dengan orang tuanya. Suatu malam orang tua menganggap kondisi aman, sehingga melakukan jima'. Sayangnya orang tua tidak tahu jika si anak sebenarnya hanya sedang berpura-pura tidur karena ia takut dimarahi oleh orang tuanya jika ketahuan masih bangun larut malam.

Efeknya secara psikologis bagaimana kira-kira??? Salah satunya hal tersebut selalu ada dalam ingatannya hingga ia dewasa.

Bahayanya hal ini bisa ditiru oleh si anak.

3. Melarang anak bertanya tentang seks. Kita tak pernah tahu sekritis apa anak-anak kita hingga ia melontarkan pertanyaan, seperti : "Ma bayi itu lahirnya dari mana sih???"

Jika kita tidak bisa menjawab maka dikuatirkan si anak akan mencari informasi dari luar, dan tentunya ini akan sangat berbahaya jika info yang diterima salah

4. Menganggap anak masih kecil tidak tahu apa-apa, sehingga membiarkan batasan-batasan yang ada jadi samar.

Contoh kasus :
Menganggap memiliki gender yang sama, maka seorang ayah mengajak anak lelakinya mandi bersama. Ketika mandi tidak ada masalah yang timbul. Tetapi suatu ketika saat semua keluarga besar sedang berkumpul si anak bertanya kepada sang nenek di depan banyak orang, "Nek kenapa sih punya ayah kok *anunya* segede ini???" ← ngomongnya sambil menunjukkan ukuran secara visual 😅

Memahami Perbedaan Jenis Kelamin.
.
Memberi pemahaman pada jenis kelamin anak bisa dilakukan sejak dini. Bahkan sejak bayi. Hal ini bertujuan menumbuhkan citra diri anak. Anak paham jenis kelamin mereka dan apa saja yang membuat mereka berjenis kelamin itu.
.
Contoh sederhana yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan menyebut alat kelamin anak sebutan yang benar. Vagina untuk perempuan. Bukan tittit, nunuk, dan lain-lain. Penis untuk laki-laki. Bukan burung, manuk, tembak, dan lainnya.
.
Cara lain adalah penggunaan panggilan sehari-hari. Misalnya sejak bayi sudah dibiasakan berkata "Selamat pagi anak perempuan ibu" atau "Wah anak laki-laki ayah makannya lahap" dan lain sebagainya. Pembiasaan sederhana ini membuat anak merekam bahwa dirinya perempuan/lelaki.
.
Pengenalan tentang perbedaan perempuan dan laki-laki secara fisik pada anak usia dini juga bisa diselipkan lewat permainan. Contohnya: menebak apa yang berbeda dari tubuh Ayah dan Bunda. Atau bermain tebak potongan gambar. Dari kegiatan tersebut anak-anak akan paham tentang kondisi fisik laki-laki dan perempuan. Lalu menghubungkan dengan kondisi fisiknya, untuk selanjutnya mengamini bahwa dia laki-laki atau dia perempuan.

Begitulah bunda2.. kita manusia pasti terlahir fitrah, tapi kita hidup di jaman dimana manusia dikelilingi dengan hal yang bisa menyeret mereka keluar dari fitrahnya, bahkan sejak anak-anak.

Jika bukan kita yang membentengi anak dengan pendidikan seksualitas dan pendidikan seks yang benar, maka anak akan “dididik” oleh jaman, oleh internet, oleh pertemanannya, oleh dunia.

Tinggalkan tabu, apalagi hal ini adalah hal yang besar dan begitu serius diatur dalam agama. Begitu besar kerusakan yang terjadi akibat permasalahan terkait hal ini.

Ibu Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati membuat panduan sebagai berikut:

usia 0 – 7 tahun fokuskan pendidikan anak pada penanaman akidah, kecintaan pada Allah SWT, kesediaan taat pada aturan Allah SWT termasuk aturan aurat, aturan muhrim, adab, rasa malu, birrul walidain, dll.

Usia 0 - 5 tahun
a. ajarkan nama anggota tubuh dan mana yang harus ditutup
b. ajarkan bahwa tubuh anak milik Allah SWT, dan berharga bagi dirinya sendiri, bagi orang tua, dan bagi seluruh keluarga. Oleh karena itu harus dijaga menurut aturan Allah SWT
c. ajarkan 3 Sentuhan : Sentuhan boleh – tidak boleh – membingungkan bisa dipelajari di video edukasi yang dibuat SEMAI 2045 https://youtu.be/oNZZ1ED9vuE
Usia 5 - 7 tahun
a. kenalkan apa itu : keluarga – kerabat – sahabat – teman – muhrim – orang asing
b. role play mengajarkan anak berkata tidak/tidak boleh/jangan begitu jika anak disentuh di area tidak boleh (kembali ke 3 jenis sentuhan)
c. ajarkan anak bisa berbagi rahasia dengan kita
d. biasakan anak menahan pandangan dan menjaga kemaluan sejak dini
e. ajarkan anak tertib saat tidur dan mandi
Usia 7 - 10 tahun
a. persiapkan anak menuju baligh. Jelaskan tentang organ reproduksi dan menstruasi pada anak perempuan, atau tentang mimpi basah pada anak laki-laki
b. jelaskan fiqh thaharah dan kaitannya bersuci dengan ibadah
c. jelaskan bahaya penyakit infeksi  menular seksual
d. jelaskan bahaya pacaran dan aturan yang benar menurut agama
e. ajarkan anak berhati-hati dalam pergaulan, memilih teman, menjawab di sosial media, dll
Usia 10 - 12 tahun
a. bekali anak pemahaman cara bijak memakai gadget dan sosial media
b. pahamkan tentang kerusakan otak dan ayat tentang menutup aurat
Usia 13 - 16 tahun
a. Pahamkan tentang apa itu pornografi dan bahayanya
b. telusuri apakah dia pernah terpapar dan ajukan daftar pertanyaan secara benar (seperti di video langkah penanganan anak terkena pornografi)
Batasan aurat laki laki yang wajib ditutupi saat mengerjakan sholat adalah kubul (kemaluan bagian depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang. Selain bagian tersebut seperti paha, pusar, dan lutut para ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama berpendapat batasnya mulai pusar hingga lutut adalah aurat.
Batasan aurat perempuan yang wajib ditutupi saat mengerjakan sholat adalah semua bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
Untuk aurat anak kecil beberapa dalil yg diambil ulama diantaranya,

a)..Atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita..” (QS. an-Nur: 31)

Ayat ini menunjukkan bahwa anak kecil – yang belum tamyiz – belum mengerti aurat wanita.

b).Perintahkan anak kalian untuk shalat ketika mereka sudah berusia 7 tahun. Dan pukul mereka (paksa) untuk shalat, ketika mereka berusia 10 tahun, serta pisahkan mereka -antara anak laki dan perempuan- ketika tidur.” (HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani).

Berdasarkan hadis di atas, ulama hambali memberikan rincian,
- Anak yang usianya di bawah 7 tahun, tidak ada aurat. Dalam arti, orang tua atau orang lain boleh melihat auratnya, termasuk kemaluannya.
- Usia 7 sampai 10 tahun. Jika laki-laki batas auratnya adalah aurat besar, kemaluan depan dan belakang. Jika anak perempuan auratnya antara pusar sampai lutut.
- Di atas 10 tahun, auratnya sama dengan orang dewasa.

c)“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kalian miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kalian, meminta izin kepada kalian tiga kali (dalam satu hari), yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kalian. Tidak ada dosa atas kalian dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kalian, sebahagian kalian (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kalian. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nur: 58)

Ibnu Asyur rahimahullah berkata dalam tafsirnya “At-Tahrir wat Tanwir “, “Ini merupakan waktu-waktu anggota keluarga menanggalkan pakaian mereka (yaitu berpakaian seadanya), maka buruk sekali jika anak-anak melihat aurat mereka. Pemandangan tersebut akan terus terekam di benak sang anak. Sebab, hal itu bukan perkara biasa yang ia lihat. Karenanya, wajib anak-anak dididik untuk menutup aurat agar menjadi akhlak dan kebiasaan mereka jika sudah besar”
Dapat dipahami bahwa agama Islam secara tegas dan jelas telah mengatur tentang pendidikan seks pada anak
Seyogyanya kita sebagai orangtua yang mengemban amanah anak-anak kita bisa memahami betapa pentingnya hal ini
✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓

Dari pemaparan panjang dan lengkap diatas , sebenarnya masih ada beberapa PR kami selaku orang tua dalam menerapkan pendidikan seks kepada zidan. Kami masih menyebut alamat kelaminnya dengan burung alih-alih menyebut penis sebagai yang benar. Kemarin pun saat suami lagi flu berat dan harus tidur tanpa AC, saya yang kepanasan melipir ke kamar zidan dan bapak saya, saya mengambil jarak tidur, dan zidan bertanya kenapa ummi tidak bobo ditengah saja antara zidan sm kakek. Saya pun masih bilang panas dan, alih-alih malah mengajarkan pendidikan seks di waktu yang tepat sebenarnya. Tapi ada beberapa poin juga yang bisa diberi checklist karena sudah memberi Zidan ilmu dan pemahaman tentang itu. Jadi yang belum terchecklist berarti masih menjadi PR kami :)

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Senin, 21 Mei 2018

Day 5: Pornografi VS Fitrah seksualitas

Pornografi vs Fitrah Seksualitas

Di hari ke 5 ini, materi yang kelompok kami sedikit banyak di gadang-gadang ingin kami angkat sebenarnya. Permasalahan yang sangat krusial, karena dengan makin berkembangnya teknologi, akses anak untuk melihat konten pornografi semakin terbuka lebar.
Kami sempat ada di masa-masa lengah membiarkan Zidan bermain ponsel, toh pikir kami dia tak macam-macam, hanya main game, melihat youtube pun benar-benar hanya mencari sesuatu yang menarik baginya seperti trik sulap, fakta-fakta luar angkasa, atau contoh eksprimen-eksperimen sederhana. Sejak awal pun kami sudah memberi batasan waktunya bermain ponsel ini. Dulu rasanya tak pernah kami dibuat sampai benar-benar kesal karena hal ini. Semua berubah ketika kami pindah ke manokwari. Saya yang lengah karena awal disini sibuk jualan, plus lingkungan sekolah dan rumah, semua anak-anak dengan bebasnya memegang hp, Zidan pun sempat ikut arus. Tak diberi hp ya pinjam hp punya temannya. Manalah jaringan wifi tersedia dimana-mana. Fyi, Zidan akhirnya mengenal instagram, tiktok, dll saat itu. Disinilah titik baliknya, dengan berat hati sebenarnya, kami pun tegas. Sempat tak membolehkannya bermain dulu selama beberapa waktu. Akun instagram dan tiktoknya kami deactivate. Sampai sekarang pun konsekuensinya kami batasi dia boleh bermain dengan temannya maksimal 2 jam sehari. Alhamdulillah belum sampai pada tahap kecanduan gadget, karena tak ada gadget pun dia biasa saja. Hanya saja, yang membuat kami tak hentinya menyesal itu ya saat-saat kemarin itu. Entah apa saja konten yamg sudah dia lihat. Sempat membatin, apa memang sudah umurnya atau benar-benar lingkungan di tempat yang baru ini yang memang belum menyadari betapa berbahayanya membebaskan anak dengan gadget yang tersambung internet seperti itu.  Sekarang sih Zidan sudah kami ijinkan lagi berselancar, entah main game, browsing atau melihat youtube. Tapi benar-benar dalam pengawasan saya, saya berada disampingnya. Toh prinsip kami "didiklah anak sesuai jamannya", banyak juga sebenarnya manfaat dari sana, asal kita benar-benar mendampinginya, benar-benar ada disampingnya dan tetap memberi batasan waktu. Bukan malah memberikan hp saat kita sedang sibuk supaya tak diganggu😂. Sama dengan bermain bersama teman-temannya, kami masih menganut prinsip klasik, anak-anak butuh bermain dan bersosialisasi dengan sebayanya, hanya saja waktunya kami benar2 batasi sekarang. Apalagi melihat langsung mereka benar-benar bermain fisik seperti main bola,gala-hadang, benteng,dll. Ketika teman-temannya sudah mulai lelah dan akhirnya main hp bareng, saat itulah meski belum sampai 2 jam, saatnya dia kami panggil. Terlihat kejam, sampai hati, entahlah...mungkin Zidan pun sempat membatin seperti ini. Disniilah benar-benar anak perlu diberi penguatan, motivasi, tak masalah berbeda. 1 yang mengganjal saat ini, yaitu lingkungan sekolahnya. Karena saya tidak bisa turun langsung mengawasi, manalah di sekolahnya anak-anak dibebaskan membawa hp. Lagi-lagi kalo semua usaha sudah dilakukan, dan ada hal yang memang tidak bisa kita awasi seperti itu, biarlah kekuatan doa kita yang menjadi penjaganya. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari hal-hal pornografi semacam itu, dan kalaupun dengan terpaksa terpapar karena lingkungannya, didikan dan doa kita bisa membuatnya dengan tegasnya menjauhi hal tersebut.

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Minggu, 20 Mei 2018

Day 4: Mempersiapkan anak memasuki masa pubertas

Kenapa materi ini yang saya pilih saat hari minggu yang seharusnya GFOS (gadget free on sunday) dan akhirnya kita disuruh mencari materi mandiri buat kita resume? Karena Zaidan sebentar lagi memasuki usia 10 tahun. Usia transisi dari anak-anak ke pra baligh.
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur 10 - 15 tahun. Tanda-tandanya seperti : tumbuhnya bulu dada pada anak laki-laki, bulu2 halus pada ketiak dan pubis, suara membesar hingga terjadi menstruasi (haid) atau bermimpi (ihtilam). Secara psikologis tampak pada rasa “ingin dilihat cantik atau jantan”, ketertarikan terhadap lawan jenis, emosi yang meledak-ledak, dll.

Mungkin fitrah seksualitas ini berbeda dengan pendidikan seks. Tapi pendidikan seks menurut saya merupakan salah satu cara memperkokoh fitrah seksualitas anak. Bagaimana bedanya laki-laki dan perempuan ketika memasuki masa aqil baligh yang kemudian membuktikan bahwa di muka bumi ini hanya ada 2 jenis manusia, pria dan wanita yang Allah SWT ciptakan untuk berpasang-pasangan. Sayangnya saat ini, dimasyarakat masih banyak yang menilai tabu berbicara fitrah seksualitas ini dengan anak. Padahal memberi pendidikan seks sejak usia dini sangat banyak manfaatnya. Memberikan mereka pemahaman yang benar dan lurus sebelum mereka bisa mendapatkannya dari sumber-sumber yang bisa saja salah. Umumnya hal ini bisa dilakukan di usia 7-9 tahun, saat anak belum memasuki pubertas. Sudah banyak sekali referensi yang bisa kita lakukan untuk mengawali obrolan ini. Intinya sama, bahwa masa pubertas itu adalah masa yang normal dan akan dilewati oleh semua orang. Zidan kemarin bertanya tentang ini saat di buku PAI ada kalimat sederhana yaitu kewajiban seorang muslim dan ada salah satu syarat yaitu baligh, kemudian diikuti penjelasan haidh bagi wanita dan mimpi basah bagi lelaki).  Butuh 2 malam penuh bagi suami menemaninya bercerita tentang masa baligh ini. Karena ada banyak hal yang harus ikut di bahas selain mimpi basah tersebut😄😄. Mengenalkan ciri pubertas lain seperti diatas, serta tata cara mandi wajib. Kewajiban-kewajiban atau tanggung jawab baru yang mengikuti setiap muslim ketika memasuki masa baligh. Mengulang penjelasan beberapa adab-adab islami. Hal -hal yang harus dan jangan dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi. Dan tentunya tak lupa menghindarkan diri dari seks bebas yang sekarang semakin tinggi angkanya di masyarakat. Kita harus membayangkan kita sedang mendidik calon pemimpin, calon imam, calon Ayah yang kelak akan bertanggungjawab pada keluarganya, pada istri dan anaknya juga agamanya.  Mempersiapkan anak-anak memasuki usia baligh tidak hanya semata-mata mempersiapkan mereka secara individu untuk bisa menjalani hidup dengan sehat dan lurus sesuai fitrahnya, tetapi juga dalam rangka menjalankan tugas mulia sebagai hamba Allah Swt.

https://lifestyle.kompas.com/read/2013/08/19/1432164/Persiapkan.Anak.Hadapi.Pubertas.

https://m.detik.com/health/anak-dan-remaja/3396160/persiapan-orang-tua-menghadapi-masa-puber-anak

https://sofianaindraswari.com/mempersiapkan-calon-ayah-mendidik-fitrah-seksualitas-anak-laki-laki/

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Jumat, 18 Mei 2018

Day 2: Fenomena Fatherless

Day 2: Fitrah Seksualitas

Fenomena Fatherless
(Kelompok 7: Roza, Iim, Erry)

Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berfikir, bertindak sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.

Fatherless merupakan kondisi dimana anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya atau ketiadaan peran/figure ayah.
✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓✓
Di usia Zidan yang hampir memasuki 10 tahun saat ini menurut pola pengasuhan sesuai usia. Ketika usia 7-10 tahun, anak-anak di dekatkan ke orang tua sesuai gendernya, jadi anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah, agar mendapat suplai “kelelakian” atau maskulintas. Beberapa bulan yang lalu Zidan sudah sempat bertanya apa itu mimpi basah, karena katanya ada di bukunya. Tentu ini tugas Ayah yang harus menyampaikan. Alhamdulillah dia bertanya begitu saat kami tidak sedang LDR😂. Sekalianlah Ayahnya menjelaskan peran dan tanggung jawab laki-laki dalam keluarga, dalam masyarakat, dsb.  Alhamdulillah punya Suami yang sangat supportif.bukan sekedar pencari nafkah sesuai nilai lokal kita tapi justru suami yang malah lebih banyak memberi transfer nilai-nilai dibanding saya sendiri yang suka sok sibuk😔. Ayahnya sudah terlibat sempurna dalam dimensi pengasuhan yang mencakup Engangement, accessibilty, dan responsibilty. Mungkin ini salah satu hikmahnya selama menikah Pak suami lebih sering tugas belajar dibanding kerja, serta mendapat penempatan kantor pusat cuma sebentar(yang notabene susah punya banyak waktu luang). Sekarang di ujung timur negeri ini, waktu luang bersama keluarga makin  banyak. Beliau sudah pasti hadir secara fisik dan psikologis dalam tumbuh kembang anak kami. Lalu bagaimana saat kami beberapa kali LDR. LDR terlama kami itu 4 bulan, alhamdulillah ada kakeknya yang bisa mengisi figur ayahnya selama itu, mengajaknya berjamaah ke mesjid, mendongengkan saat ia mau tidur, menanamkan nilai-nilai  keagamaan, adab, dll. Walaupun sudah ada kakeknya seperti itupun saya kadang selalu nyaris menyerah sih karena merasa Zidan pasti berubah sikapnya saat LDR dengan ayahnya😂.

Tentu Fatherless ini hanya satu dari sekian banyak tantangan gender saat ini, masih banyak lagi tantangan lain yang dikemukakan seperti di salah satu gambar diatas serta solusi-solusinya. Salah satunya tentu tak putusnya berdo'a buat keselamatan Anak kita dunia akhirat :)

Kamis, 17 Mei 2018

Day 1: Membangkitkan Fitrah Seksualitas pada Anak

Alhamdulillah hari pertama Bulan Ramadhan ini bertepatan pula memasuki tantangan hari 1 level 11 kelas Bunda Sayang IIP.  Di level 11 ini,etode tantangannya benar-benar baru, tak ada materi yang diberikan sama sekali. Tetapi peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sebanyak 10 kelompok. Lalu kelompok ini setiap harinya bergantian mempresentasikan materi. Materi kali ini adalah Fitrah seksualitas. Setelah presentasi, maka peserta kelas ditugaskan membuat review sesuai presentasi hari tersebut.

Kelompok pertama yang mendapat giliran presentasi adalah kelompok 4 yang terdiri dari mb Yekti dan mb Ifah. Materi pertama ini adalah "Membangkitkan Fitrah Seksualitas pada Anak". Presentasi dimulai mb Yekti dengan  memaparkan fakta bahwa perkembangan jaman sekarang banyak memperlihatkan  konsep bahwa gender seseorang tidak menentukan orientasi seksualnya.
Seseorang yang terlahir sebagai wanita tidak serta merta akan punya orientasi seksual pada laki-laki, begitu pun sebaliknya.lalu ditambahkan anak-anak yang tidak terkuatkan fitrah seksualitasnya, lantas bertemu dengan kondisi lingkungan yang menyimpang atau ketika mereka merasa ada yang kurang pada dirinya, mereka mendapat pembenaran bahwa orientasi seksual merekalah yang jadi sumber masalah. Jadi yang akan dibahas adalah bagaimana membangkitkan fitrah seksualitas ini pada anak. Hal pertama yang harus diketahui adalah tantangan apa saja yang kita hadapi saat ini berkaitan dengan gender. Selanjutnya mb Ifah membagi 2 tantangan ini, yakni tantangan di keluarga dan di masyarakat. Dikeluarga biasanya karena adanya konsep yang samar antara peran suami dan istri. Suami hanya sebagai pencari nafkah dan instri mengerjakan pekerjaan domestik serta belum kuatnya penguatan konsep gender sejak dari rumah. Misal dalam berpakain. Di masyarakat, lebih luas lagi karena semakin maraknya penyebaran ideologi LGBT atas nama ham juga maraknya tontonan yang menampilkan konsep gender yang menyimpang dari seharusnya. Tantangan gender jaman now

Mendidik Fitrah Seksualitas adalah merawat, membangkitkan dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya, yaitu bagaimana seorang lelaki berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagaimana lelaki Juga bagaimana seorang perempuan berfikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan. Agar seperti itu maka mb Ifah menyampaikan beberapa prinsip dala fitrah seksualitas ini.
1. Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun)
2. Ayah berperan memberikan Suplai Maskulinitas dan Ibu berperan memberikan Suplai Femininitas secara seimbang. Anak lelaki memerlukan 75% suplai maskulinitas dan 25% suplai feminitas. Anak perempuan memerlukan suplai femininitas 75% dan suplai maskulinitas 25%.
3. Mendidik Fitrah seksualitas sehingga tumbuh indah paripurna akan berujung kepada tercapainya Peran Keayahan Sejati bagi anak lelaki dan Peran Keibuan sejati bagi anak perempuan. Buahnya berupa adab mulia kepada pasangan dan anak keturunan.

Jadi menurut prinsip-prinsip diatas perilaku LGBT jelas adalah penyimpangan fitrah seksualitas. Untuk itu orang tua berperan penting  dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak. Karena menumbuhkan fitrah ini banyak bergantung pada kehadiran dan kedekatan dengan ayah dan ibu.

Selanjutnya mb ifah memaparkan beberapa solusi menjaga fitrah seksualitas anak yaitu:
1.memberikan pengasuhan  sesuai tahapan usia anak
2.Bijak dalam berteknologi, memanfaatkan teknologi sesuai dengan kebutuhan
3.Berkomunikasi yang baik benar dan menyenangkan juga memberikan pendidikan agama sejak dini
4.Memberikan lingkungan yang baik, lingkungan dan orang-orang yang bisa saling menguatkan dan saling menasehati  dalam kehidupan
5. Memisahkan kamar tidur anak lelaki dan perempuan
6. Mengajarkan adab berpakaian, fungsi tubuh secara ilmiah, serta sentuhan yang noleh dan tidak boleh

Lalu terakhir kemudian dipaparkan tahapan pengasuhan untuk menjaga fitrah seksualitas anak sesuai umurnya, yaitu:
1.Usia 0-2 tahun anak laki-laki dan anak perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta.
2.Usia 3-6 tahun anak laki-laki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualnya sejak usia 3 tahun.
3.Ketika usia 7-10 tahun anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah, agar mendapat suplai “kelelakian” atau maskulintas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sosial kelelakian, misalnya diajak ke masjid, diajak naik gunung, diajak olahraga yang macho. Ayah juga yang harus menjelaskan tentang “mimpi basah” dan fiqh kelelakian, seperti mandi wajib, peran lelaki dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb.
Begitu pula anak perempuan lebih didekatkan ke ibunya,
agar mendapat suplai “keibuan” atau suplai feminitas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sejati sosial keperempuanan, misalnya merawat keluarga, memasak, menjahit, menata rumah, menata keuangan dstnya. Bunda juga yang harus menjelaskan tentang “haidh” dan fiqh perempuan, seperti mandi wajib, peran wanita dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dsb.
4.Usia 11-14 tahun anak laki-laki didekatkan dengan ibu, agar dapat memahami perempuan dari cara pandang seorang perempuan atau ibunya.
Anak perempuan didekatkan dengan ayah, karena kelak dia akan menjadi istri dari seorang lelaki yang juga menjadi ayah dan imam bagi keluarganya.
5.Usia >15 tahun adalah masa dimana fitrah seksualitas kelelakian matang menjadi fitrah peran keayahan sejati, dan fitrah seksualitas keperempuanan matang menjadi peran keibuan sejati.

Demikianlah review dari presentasi kelompok 1, kalau saya boleh mervisi sedikit mungkin judulnya adalah bagaimana menjaga fitrah seksualitas pada anak ini agar sesuai dengan jalur sebenarnya Allah SWT menciptakan mereka. Orang tua tentu memegang peranan terpenting dalam menjaga fitrah ini. Pola asuh, lingkungan sekitar, dan sekarang ditambah lagi dengan media seperti gadget dan televisi adalah 3 hal paling berpengaruh dalam membentuk fitrah seksualitas pada anak ini. Sudah dijabarkan dengan jelas di atas prinsip-prinsip, solusi-solusi dalam menjaga fitrah seksualitas ini, serta bagaimana pola asuh untuk membentuk fitrah seksualitas sesuai tahapan usia anak

#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11