Halaman

Sabtu, 21 Januari 2012

Inilah masanya...

Sebulan apa 2 bulan belakangan ini rasanya stok kesabaran yang kupunya tak pernah cukup menghadapi jundi kecilku... ntah sudah berapa kali saya membentaknya bahkan sampai memukul atau mencubitnya walaupun setelahnya saya nangis kejer-2 *sight:’(*. Walaupun jauh sebelumnya juga sudah begitu banyak kulahap artikel-2 parenting yang notabene smua punishment itu adalah metode-2 sangat konvensional yang jauuuh dari metode parenting.
setiap membuka mata disetiap fajar saya selalu berjanji pada diri sendiri tak akan melakukannya lagi tapi selaluuu saja terulang lagi, biasanya disaat ritme pekerjaan rumah tangga mulai memuncak, seperti kemarin... semua berawal indah, kuberi dia kecupan lembut saat pertama kali membuka mata, kuberi sarapan, kumandikan, dan kubelikan es cendol(di penjual yang sudah saya kenal baek loh, yang saya tau benar tak ada zat2 terlarang dijualannya) sesudah itu kami main bersama, main bola sampe diriku berpeluh ria, maen rangers-rangers-an (dia menjadi rangers, saya musuhnya, bisa dibayangkan betapa teraniayanya saya bukaan? ), mengajar dia membaca, berimajinasi masak-2 bersama, dia berpura-2 jadi tukang nasi gorenglah, martabaklah, yang kadang membuat diriku terpingkal-2 melihat kelakuannya yang benar-2 mirip dengan penjual yang kusebut diatas, walaupun tak terlalu sempurna karena diantaranya juga masih ada omelan2 keciil yang tersisip, saat dia tak mau menghabiskan sarapannya, saat dia tak konsisten mau minum susu atau teh, atau saat dia mendesak mau main diluar padahal kutau teman satu-2nya itu sedang tidur. Smua mulai brubah saat jam menunjukkan lewat dari angka sepuluh, saat kumulai mengalihkan duniaku ke kewajibanku yang lain... jundiku mulai “meminta perhatian” , menumpah-2kan tehnya memakai sendok dengan alasan bikin air mancur, menebarkan mainannya diseluru penjuru rumah, memanjat-2 punggungku sampai-2 kadang saya terjatuh, mengalihfungsikan bantal menjadi kereta-2, manjat-2 jendela sampai saya harus sering-2 mengintipnya, berantakin sendok dan semua barang diatas kulkas... sampe saya lupa apa saya sudah menulis semuanya atau belum, tapi tenang sodarah-2, saat itu saya masih menjadi ummi yang manis *walo tanduk mulai muncul*, masih bisa “berceloteh” dengan muka tersenyum, masih terselip kata-2 zidan pintar, zidan superhero, dan ber “nak-2” padanya, dan walopun dibalas dengan kata2 “jangaaaaaaan ummmiiii” saat saya mau merapikan barang2 yang berantakan, ato “maaaaaaaauuuu” saat mulai ada kata “jangan” yang meluncur dari lisan saya, tapi saya merasa kesabaran saya mulai menipis saat sudah untuk ketiga kalinya saya memunguti bantal disetiap ruang dan mengembalikannya ketempatnya, ntah sudah berapa kali memunguti lipatan2 koran dan menyusunnya rapi kembali, karena saat itu saya mau menyapu rumah yang mulai kotor karena serpihan-2 kertas, cacahan sayuran saya yang sengaja dia ambil saat saya mengerjakannya, tapi bukan zidan namanya kalo langsung tunduk pada kata “jangan” dia malah semakin menjadi dengan mengambil semua... semuaaah koran dan melemparkannya sana sini sambil mulai menjerit-2, as he always do jika saya mulai berkata keras padanya, puncaknya ketika dia memukul saya dengan kerasnya saat dia mungkin merasa pembelaan-2 dia sebelumnya tak tergubris, disaat yang sama ketika deadline sapuan kotoran saya sudah sampai ditempatnya melempar-2 koran, sayuran saya menagih minta diaduk, dan si ikan goreng minta diangkat jika tak ingin menjadi hangus, dasar memang si emosih jiwahh sudah pada puncaknya, syaitan-2 sudah menguasai hati, saya pukul baliklah si bocah, si bocah hanya terdiam, menatap saya tajam, tanpa tangis sambil menatap kejendela *mungkin berharap si abi cepat pulang” dan as always, seketika itu juga saya rubuh, sesenggukan depan tv sendiri, zidan pun masih dengan setianya berdiri menatap jendela, untunglah abi cepat pulang, langsung minta gendong bentar, make time to recovery bareng abi, sampai saat saya mulai mendengarx berceloteh riang, saya pun langsung jatuh dipelukan si ayank *jiaaah, lagak romantis ajeh* terisak2 mengadukan semuanya, dan as always abi datang dengan kata-2 yang sama, tetep klise, diselingi emosi-2 dikit jika saya membatah alibi-2nya terus menerus, ntah berapa lama saya rubuh, menggendong zidan sambil menghujanix ciuman dan pelukan erat, meminta maaf berkali2, sampai kami tak terasa tertidur berdua, bangun-2 karena abi ngetuk pintu, oalaah uda stengah 6, rupanya energi saya terkuras habis sampai tertidur berjam2, dibawain artikel lagi, actually saat itu saya mulai tenang,mulai bisa berpikir jernih lagi, semakin menyesal, lagi-2 hari yang sama seperti kemarin ... oh god help meeeeee.... tapi hari ini saya benar-2 bertekad ini harus yang terakhir!!!eh ada yang lucu, saat saya menangis dipelukan abinya, dia sengaja lewat-2 didepan pintu kamar sambil berkata “nangis teruuuus... nangis teruuus” oalah nak sapa yang ajarin, karuan saja kami langsung terpingkal-2 mendengarnya walo tetap saja iini harus dievaluasi.
biasanya sempat terlintas pikiran apakah ini efek 2 kali mutasi abi dalam setaun kemarin, mungkin ini efek adaptasinya,lahir dan tumbuh di 2 kota terbesar negara kita lalu mesti pindah kekota kecil yang minim fasilitas mungkin baru dia rasakan bedanya, atau kadang mikir apakah bentuk ketidaksukaannya terhadap sekolahnya disini (fyi, disekolah sekarang zidan terlihat tidak terlalu bersemangat, malas bergaul, tak seperti di 2 sekolah dikota-2 sebelumnya, yang terlihat jelas dia sangat menikmatinya), dan pilihan yang jatuh akhirnya, mungkin inilah masanya... masa dimana saya memang harus menyediakan berton-2 stok sabar dihati saya, bukan lagi masa dimana saya harus memberi asi ekslusif, memikirkan menu MP-asi yang variatif, membiasakannya tidak diayunan lagi, memisahkannya dari si pampers, atau terakhir “menyapih” dia dari dot soulmatenya... tapi inilah masanya masuk dalam ranah psikologis mereka, mengerti masa golden age mereka seutuhnya... mengerti bahwa anak-anak seusia mereka jauh lebih cerdas melampaui kecerdasan kita, ya mereka tahu bagaimana cara menguasai orangtuanya, tentu dengan berbuat hal-2 seperti yang saya sebut diatas, mereka tahu tanpa teori... natural, akhirnya sampai disini I catch d poin, ya zidan akan melakukan hal-2 “tidak wajar” itu saat saya memang loose care padanya, saat saya benar-2 fokus melakukan hal lain. Okey, sekarang solusinya adalah bagaimana mengkomunikasikan hal itu tanpa melukai perasaannya, tidak lagi dengan metode-2 konvensional yang benar-2 menguras energy positif saya( benar-2 merasakannya kemarin, lemas sampai malam bow), tak perlu psikolog seperti yang sempat saya posting di FB saya saat saya masih “on fire” kemarin, karena orang tua lebih dari psikolog bagi seorang anak, dan hari ini saya mempraktekkannya, ajaib...seharian tak ada jeritan di istana kecil saya... yup hanya dengan metode PARENTING yang ternyata sangat simple, well saya akan mempostingx dilain waktu, karena posting ini saja sudah sangat-2 panjang.

Above all, zidan tetaplah anak 3 stengah taun yang tak mau diam, lahir dengan karakter keras, sangat tidak suka didikte, dan tipe2 breakin the rules, tapi disisi lain, zidan tetap anak yang manis yang tahu betul cara memuji hasil masakan saya degan tulus, tak pernah lupa mengkiss saya sebelum terlelap lengkap dengan kata-2 ”I love u Ummi, gud nite, nice dream” dan sekarang menjadi korban iklan dengan menambahkan “u R my everything”, memijit saya tanpa diminta ketika tahu saya lelah, memukul dan memarahi abinya ketika kedapatan melihat abinya menegur saya, hal-2 sangat simple tapi begitu berarti bagi ibu seperti saya. Well, Inilah masanya... karena manusia memang terus tumbuh dari masa ke masa, sama seperti saya dan zidan, terus tumbuh dan belajar bersama, bagaimana belajar menjadi orang tua terbaik dan dia bagaimana belajar menjadi anak bermental kuat dan berakhlak indah...Amiiin YRA.
Menikmati “me time” saat zidan lagi main berdua dengan abi” 

1 komentar:

  1. Great mom...
    Salute deh for you sista. sy sj yg dititipi kponakan slama bbrp jam tiap harinya sdh mrasa lumayan kwalahan. But you're lucky, sista, because you are a mother now.

    BalasHapus